Tempat Tinggal Pilihan bagi Ribuan Burung Kuntul di Sleman
Dusun Ketingan, Desa Tirtoadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta, Indonesia
Suara ribuan burung kuntul terdengar ramai ketika memasuki kawasan Desa Wisata Ketingan. Sudah bertahun-tahun burung-burung itu memilih tinggal di pohon-pohon yang tinggi menjulang di sana, berbagi tempat bersama warga sekitar dan hidup berdampingan.
Tiket
Gratis
Tak ada yang menyangka bahwa peresmian gapura dusun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X pada tahun 1997 silam menjadi awal kehidupan baru warga Dusun Ketingan, Desa Tirtoadi, Mlati, Sleman. Pasalnya, beberapa hari setelah itu, fenomena unik terjadi. Ribuan burung kuntul tiba-tiba saja datang dan membuat sarang hampir di semua pohon tinggi di dusun itu. Uniknya lagi, burung-burung ini hanya tinggal di Ketingan, tidak di dusun lain meskipun dusun-dusun yang berdekatan memiliki vegetasi yang sama. Kedatangan burung-burung yang jumlahnya ribuan ini mau tak mau mengubah seluruh sisi kehidupan warga yang mulanya biasa saja menjadi luar biasa.
Awalnya, kehadiran burung-burung ini dianggap sebagai hama oleh warga. Mereka takut produksi buah melinjo menurun akibat pohonnya dijadikan tempat meletakkan sarang. Mereka juga khawatir kesehatan mereka terganggu akibat kotoran burung yang banyak terdapat di pekarangan dan jalan-jalan dusun. Itulah sebabnya, beberapa warga sempat mencoba mengusir kuntul-kuntul ini. Alih-alih pergi, mereka malah berkembang biak dan jumlahnya bertambah banyak. Sampai akhirnya, warga sadar dan mau berbagi tempat hidup bersama mereka. Tak ada lagi yang mau memburu burung-burung ini dan papan-papan peringatan untuk tidak berburu burung di Ketingan pun dipasang di beberapa sudutnya. Bahkan, ketika anakan kuntul-kuntul ini terjatuh dari sarangnya, warga bersedia merawat hingga sembuh dan siap dilepas kembali ke habitatnya.
Bagi para peneliti satwa dan pecinta burung, Ketingan merupakan surga. Mengamati tingkah polah kuntul-kuntul yang jumlahnya mencapai 7.000 ekor ini tak pernah membosankan. Bahkan warga sekitar yang telah hidup bertahun-tahun bersama mereka pun masih selalu mengamatinya. Warga hafal betul saat kuntul-kuntul ini mencari makan, membuat sarang baru, musim kawin, musim menetas dan bermigrasi. Benar, pada bulan September kuntul-kuntul ini akan bermigrasi, meninggalkan Ketingan beberapa saat. Suara mereka tidak akan terdengar ramai dan tak ada pula yang pagi-pagi menemani petani mengolah sawah. Mereka hilang sejenak, membiarkan warga kembali ke kehidupan normal seperti sebelum burung-burung ini datang. Barulah pada pertengahan bulan Oktober, kuntul-kuntul ini pulang, kembali membuat sarang dan hidup seperti biasanya.
Selain mengamati burung, acara rutin Merti Bumi yang selalu diselenggarakan pada bulan September pun ikut menarik perhatian. Pada acara tersebut, berbagai pertunjukan seni dan budaya seperti pagelaran wayang, kirab dan kenduri sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta atas hasil bumi yang melimpah pun dapat disaksikan. Memutuskan untuk tinggal di sana beberapa hari dan ikut larut dalam euforianya tentu akan menyenangkan. Jika tak sempat datang di bulan September, cobalah live in beberapa hari sebelum masa panen raya dan ikut merayakan wiwitan (syukuran sebelum masa panen padi) atau datang sebelum masa tanam dan mengikuti tradisi angler (selamatan sebelum masa tanam padi). Selain pada acara-acara tersebut, Desa Wisata Ketingan tetap terbuka bagi mereka yang ingin tahu dan belajar banyak tentang burung-burung ini sembari menikmati kesenian tradisional berupa gejog lesung, jathilan hingga pertunjukan pek bung (alat musik tradisional yang ditabuh dan terbuat dari kelenting).
Ketika berkunjung ke sana, jangan lupa untuk mengenakan topi atau pelindung kepala agar tak terkena kotoran burung. Bagi para pecinta fotografi, sebaiknya bawalah lensa tele untuk mengambil gambar burung karena mereka selalu berada dalam jarak yang cukup jauh. Agar tak kehilangan momen, cobalah datang di pagi atau sore hari ketika burung-burung ini sedang mencari makan di sawah kemudian pulang ke sarang. Makin asyik lagi kalau kita mengunjunginya ketika musim petani membajak sawah. Kuntul-kuntul ini akan jelas terlihat tanpa terhalang tanaman padi. Rasanya, mendapat kesempatan mengunjungi dan melihat fenomena unik ini membuat kita sadar bahwa hidup berbagi dengan makhluk hidup lain itu indah dan menyenangkan.