Hutan Purba dan Cahaya Surga di Perut Bumi
Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta, Indonesia
Gua Jomblang merupakan gua vertikal dengan hutan purba yang rapat di dasarnya. Sebuah lorong sepanjang 300 m yang dihiasi dengan ornamen gua yang indah akan membawa Anda menuju Gua Grubug, tempat di mana bisa menyaksikan cahaya surga.
Tiket paket wisata
Rp 450.000 / orang
Buka setiap hari
Pk 10:00 – 14:00 WIB
Gua Jomblang merupakan salah satu dari ratusan kompleks gua Gunungkidul yang terkenal karena keunikan serta keindahan tak terbantahkan. Berlokasi di rentangan perbukitan karst pesisir selatan yang memanjang dari Gombong, Jawa Tengah; hingga kawasan karst Pegunungan Sewu, Pacitan, Jawa Timur, Gua Jomblang pernah dijadikan tempat pengambilan gambar Amazing Race Amerika pada tahun 2011. Gua vertikal yang bertipe collapse doline ini terbentuk akibat proses geologi amblesnya tanah beserta vegetasi yang ada di atasnya ke dasar bumi yang terjadi ribuan tahun lalu. Runtuhan ini membentuk sinkhole atau sumuran dengan luas mulut gua sekitar 50 meter persegi. Dalam bahasa Jawa sumuran juga dikenal dengan istilah luweng, hingga gua ini pun sering disebut dengan nama Luweng Jomblang.
GUA JOMBLANG
Hutan Purba dan Cahaya Surga di Perut Bumi
Lihat peta Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta, Indonesia
0811 117 010
Gua Jomblang merupakan gua vertikal dengan hutan purba yang rapat di dasarnya. Sebuah lorong sepanjang 300 m yang dihiasi dengan ornamen gua yang indah akan membawa Anda menuju Gua Grubug, tempat di mana bisa menyaksikan cahaya surga.
Diperbarui tgl 1/21/2016
Lihat foto lainnya (9 foto)
Tiket paket wisata
Rp 450.000 / orang
Buka setiap hari
Pk 10:00 – 14:00 WIB
Gua Jomblang merupakan salah satu dari ratusan kompleks gua Gunungkidul yang terkenal karena keunikan serta keindahan tak terbantahkan. Berlokasi di rentangan perbukitan karst pesisir selatan yang memanjang dari Gombong, Jawa Tengah; hingga kawasan karst Pegunungan Sewu, Pacitan, Jawa Timur, Gua Jomblang pernah dijadikan tempat pengambilan gambar Amazing Race Amerika pada tahun 2011. Gua vertikal yang bertipe collapse doline ini terbentuk akibat proses geologi amblesnya tanah beserta vegetasi yang ada di atasnya ke dasar bumi yang terjadi ribuan tahun lalu. Runtuhan ini membentuk sinkhole atau sumuran dengan luas mulut gua sekitar 50 meter persegi. Dalam bahasa Jawa sumuran juga dikenal dengan istilah luweng, hingga gua ini pun sering disebut dengan nama Luweng Jomblang.
Bersama rekan-rekan caver dari Jomblang Resort, Kami pun mencoba untuk caving di gua yang eksotik ini. Untuk memasuki Gua Jomblang diperlukan kemampuan teknik tali tunggal atau single rope technique (SRT). Oleh karena itu, siapa pun yang hendak caving di Jomblang wajib menggunakan peralatan khusus sesuai dengan standar keamanan caving di gua vertikal serta harus didampingi oleh penelusur gua yang sudah berpengalaman. Sebelum memulai penelusuran, seorang pemandu memasangkan SRT set di tubuh kami sambil menjelaskan nama dan fungsi masing-masing. SRT set tersebut terdiri dari seat harness, chest harness, ascender/croll, auto descender, footloop, jammer, carabiner, cowstail panjang, serta cowstail pendek. Selain SRT set, Kami juga harus memakai perlengkapan lain seperti coverall, sepatu boot, helm, dan headlamp.
Setelah semua perlengkapan melekat di badan dengan sempurna, petualangan menuju kedalaman perut bumi pun dimulai. Kami dan rekan-rekan caver dari Jomblang Resort meninggalkan basecamp menuju bibir gua yang sudah disiapkan sebagai lintasan. Ada beberapa lintasan di Gua Jomblang dengan ketinggian beragam mulai 40 hingga 80 meter. Berhubung Kami baru pertama kali menuruni gua vertikal, maka lintasan yang dipilih merupakan lintasan terpendek dan dikenal dengan jalur VIP.
Perjalanan 15 meter pertama dari teras VIP merupakan slope yang yang masih bisa ditapaki oleh kaki. Setelah itu dilanjutkan menuruni tali sepanjang kurang lebih 20 meter untuk sampai di dasar gua. Rasa was-was yang sempat hinggap saat melayang di udara pun mulai menghilang begitu kaki-kaki saya kembali menjejak di atas tanah. Kekhawatiran saya pun musnah seluruhnya ketika melihat pemandangan di dasar gua yang mengundang decak kagum. Jika di atas sejauh mata memandang hanya akan menemui perbukitan karst dan jati yang meranggas, maka di perut Gua Jomblang terhampar pemandangan hijaunya hutan yang sangat subur. Aneka lumut, paku-pakuan, semak, hingga pohon-pohon besar tumbuh dengan rapat. Hutan dengan vegetasi yang jauh berbeda dengan kondisi di atas ini sering dikenal dengan nama hutan purba. Sejak proses runtuhnya tanah ke bawah, vegetasi ini terus hidup dan berkembang biak hingga saat ini.
Penelusuran Kami pun tak berhenti di Jomblang, melainkan berlanjut menuju Luweng Grubung dengan memasuki sebuah entrance (mulut gua) yang berukuran sangat besar. Jomblang dan Grubug dihubungkan dengan sebuah lorong sepanjang 300 meter. Aneka ornamen cantik seperti batu kristal, stalaktit, serta stalagmit yang indah turut menghiasi lorong ini. Tak berapa lama berjalan terdengar suara gemuruh aliran sungai dan seberkas cahaya terang di tengah kegelapan. Kami pun mempercepat langkah, penasaran melihat apa yang ada di depan kami.
Sebuah mahakarya Sang Pencipta yang sungguh mengagumkan terpampang di hadapan. Sungai bawah tanah yang masih satu sistem dengan Kalisuci mengalir dengan deras. Sinar matahari yang menerobos masuk dari Luweng Grubug setinggi 90 meter membentuk satu tiang cahaya, menyinari flowstone yang indah serta kedalaman gua yang gulita. Air yang menetes dari ketinggian turut mempercantik pemandangan. Sesaat Kami tidak mampu berkata-kata, hanya ada perasaan takjub dan terpesona. Akhirnya dengan mata kepala sendiri Kami bisa menyaksikan lukisan alam yang dikenal dengan istilah cahaya surga.]